Tahun Baru Ter Buruk 2005

Anda Masih Berpesta
Tahun Baru? Biadab!

Inilah Tahun Baru terburuk dalam sejarah Aceh, juga sejarah Indonesia. Masihkah ada yang berpesta dalam duka yang begitu mengerikan ini?

Di Banda Aceh, tak banyak orang merayakan Tahun Baru. Sekali, pernah saya berada di Banda Aceh saat pergantian tahun. Yaitu, dari tahun 2000 ke 2001.
Tadinya, saya menduga, Tahun Baru di Aceh akan istimewa. Bisa memandangi langit yang penuh dengan bintang. Bisa memandangi lautan lepas. Bisa menikmati hidangan khas. Bisa berharap banyak, bahwa ada peristiwa yang bersejarah di ujung Indonesia itu.
Kenyataannya: tidak! Tak ada perayaan Tahun Baru di sana. Kalaupun ada, sangat terbatas. Itu hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, atau pejabat-pejabat yang berasal dari Jawa.
Orang-orang Banda Aceh –dan hampir seluruh propinsi Aceh—tak punya tradisi merayakan Tahun Baru. Aktivitas kota, seperti hari-hari biasa saja.
Tapi, ini berbeda pada saat 1 Muharram. Pada Tahun Baru Islam itu, Banda Aceh –dan hampir seluruh tempat di propinsi Aceh—bergairah. Orang-orang membuat kenduri.
Mereka, berkumpul di meunasah-meunasah (semacam langgar di Jawa). Mereka mengaji, atau saling bersilaturrahmi.
Pagi harinya, orang-orang berbelanja ke kota. Membeli baju baru, atau membeli peralatan rumah tangga. 1 Muharram, jauh lebih meriah dibanding 1 Januari.
Dan, 1 Januari 2005 ini, telah menjadi sejarah paling buruk bagi rakyat Banda Aceh, juga Indonesia dan kita semua. Pada pergantian tahun ini, kawan-kawan saya di Banda Aceh, masih mencari mayat-mayat yang belum ditemukan.
Kawan-kawan yang selamat, masih harus bekerja keras menyalurkan bantuan. Mengirim makanan. Mencari air bersih. Membangun tenda-tenda darurat, untuk menahan dingin.
Saya dengar, hujan masih turun di Banda Aceh. Tidak deras. Tapi, membuat banyak orang kedinginan. Apalagi, makanan begitu susah. Penyakit mulai menyerang.
Begitu menyedihkan, bila masih saja ada yang tak peduli dengan keadaan ini. Dimana perasaan kemanusiaan kita, saat ratusan ribu mayat membusuk, masih saja menggelar pesta-pesta Tahun Baru.
Duh, Gusti! Ini pertanda apa?
Betapa biadabnya kita, jika tak peduli dengan situasi ini. Betapa biadabnya kita, jika tak berusaha menahan sedikit saja nafsu berpesa, untuk sekadar menundukkan kepala, melantunkan sedikit doa, buat para jenazah. Semoga, mereka diterima di sisi Nya. Amin!***
from :L/M

Komentar

Postingan populer dari blog ini

amoeba Operating System

GPRS Gratis via port 554 squid

Problem Install Ubuntu 10.10 di toshiba L510 intel core i3