Penarikan Infasi Israel di Gaza

JERUSALEM - Wakil Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengungkapkan negara itu harus menindaklanjuti penarikan dari Gaza yang dilakukan tahun depan dengan penarikan yang lebih besar dari Tepi Barat. "Tidak ada pilihan untuk duduk dan berdiam diri. Kepentingan Israel mengharuskan pelepasan yang lebih besar dibandingkan yang akan terjadi sebagai bagian dari rencana pelepasan saat ini,"kata Olmert dalam wawancara dengan The Jerusalem Post yang terbit kemarin. Sayang, dia tidak memberikan rincian mengenai daerah mana yang menurutnya harus dievakuasi.
Menurut rencananya, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon akan menarik seluruh pemukim yahudi yang berjumlah 8 ribu keluar Gaza pada September nanti. Ratusan pemukim yang tinggal di empat pemukiman yahudi di Tepi Barat utara juga akan mengalami nasib yang sama. Namun, dalam rencana pelepasan Sharon itu masih akan menyisakan sekitar 240 pemukim di dalam kawasan tersebut.
Semula Sharon bermaksud menjalankan rnencanya secara sepihak. Namun, sejak wafatnya Yasser Arafat pada 11 November, dia mengindikasikan keinginan untuk bekerja sama dengan pemimpin baru Palestina yang kemungkinan besar akan dipegang oleh mantan Perdana Menteri Mahmoud Abbas.
Namun, keyakinan Sharon tersebut tidak dimiliki Olmert. Menurutnya, tidak ada jaminan ketua PLO yang diunggulkan memenangkan pemilu presiden 9 Januari itu bisa menjadi mitra Israel dalam proses perdamaian. Sebelumnya, Olmert juga pernah melayangkan kritikan kepada sikap Abbas yang tidak mau berkompormi terkait dengan visinya bagi Palestina yang independen. Dia menginginkan terbentuknya negara berdasar seluruh wilayah yang diduduki Israel sejak 1967 dan beribu kota di timur Jerusalem.
"Kita bisa mencapai negosiasi (dengan Abbas) dengan sangat baik dan negosiasi ini akan digagalkan. Tapi, Israel akan terus melanjutkannya dengan mengambil langkah sepihak termasuk kemungkinan penarikan lebih lanjut yang merupakan kepentingan negara,"jelas Olmert.
Abbas memang telah meminta kelompok bersenjata Palaestina menghentikan pemberontakan mereka. Tapi, bagi Olmert, ketua PLO tersebut belum membuktikan kemampuannya menumpas kelompok militan seperti Hamas atau membangun lembaga-lembaga demokratis dalam Otoritas Palestina (PA). "Tanpa ini, kami tidak melihat ada banyak kemajuan dengan PA,"lanjutnya.
Komentar Olmert tersebut kemungkinan akan membuat marah sebagian besar anggota pemerintah. Rencana penarikan Sharon itu sendiri sejak awal sudah memicu kontroversi besar. Banyak pihak yang tidak mendukungnya.
Dalam perkembangan lain, penduduk Palestina terus menjadi korban kekejaman tentara Israel. Seorang remaja yang mengidap Down's Syndrome tewas ditembak pasukan Negeri Zionis itu di Jalur Gaza, kemarin. Nasib sama dialami Ossama Tuma, 17, yang ditembak di daerah Khan Yunis, Jalur Gaza selatan dan remaja lainnya, Mohammed Abu al-Said, 17 tahun. Selain mereka, tiga militan, dua dari sayap bersenjata Hamas dan seorang dari Brigade Martir Al Aqsa, tewas dalam serangan di kamp pengungsi Khan Yunis, kemarin malam. Lima penduduk Palestina lainnya luka-luka akibat tembakan Israel.
Terkait insiden itu, AD Israel berdalih serangan dilakukan dengan tujuan untuk menggagalkan tembakan roket dan mortir Palestina yang ditujukan ke pemukiman yahudi di Jalur Gaza.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

amoeba Operating System

GPRS Gratis via port 554 squid

SWIFT Code for Indonesian Banks